Dalam mempelajari tentang peranan kekuasaan dalam proses mempengaruhi, kita mengenal berbagai bentuk dari peranan kekuasaan terhadap mempengaruhi perilaku. Bentuk-bentuk tersebut antara lain wewenang, paksaan, manipulatif, kerjasama, dan penilaian prestasi kerja. Untuk dapat menelusuri pengertian dan contohnya, akan diuraikan dalam penjelasan berikut.
Bentuk kekuasaan yang pertama yaitu wewenang. Wewenang merupakan suatu hal yang resmi. Suatu jenis kekuasaan yang dapat dilimpahkan, kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain mungkin juga berasal dari sumber-sumber lainnya terutama keahlian, kepribadian dan kekayaan si pengubah perilaku. Wewenang adalah kekuasaan/mekanisme yang memasuki hubungan dua pihak melalui organisasi. Wewenang dapat juga merupakan mekanisme kelembangaan yang bertujuan menetapkan mana diantara dua anggota suatu hubungan, A atau B yang akan menjadi atasan. Wewenang merupakan suatu kekuasaan ekstra yang potensial, yang diberikan kepada pihak ketiga (yaitu organisasi) kepada beberapa orang anggotanya dengan maksud untuk memberikan pembagian kekuasaan yang tidak sama dengan kata lain memberikan kepastian bahwa beberapa orang adalah sebagai kepala dan yang lain sebagai bawahan. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita ambil contoh wewenang ketua suatu organisasi kampus. Jabatan ketua dalam suatu organisasi adalah suatu wewenang yang resmi yang dilimpahkan organisasi kepada seseorang. Karena posisinya yang potensial, ia mempunyai kekuasaan untuk menetapkan siapa-siapa saja yang menjadi struktur kepengurusan di bawahnya. Dan dengan kekuasaan tersebut ia juga dapat mempengaruhi perilaku anggota-anggota organisasi tersebut.
Bentuk peranan kekuasaan yang kedua adalah paksaan. Kekuasaan yang memaksa yaitu pemerasan, tekanan, ancaman, yang merupakan teknik kekuasaan yang sering kita pandang rendah. Kekuasaan yang memaksa juga berhubungan dengan masalah ketergantungan. Jika B lebih tergantung kepada A ketimbang B, maka A mempunyai potensi untuk melaksanakan kekuasaan yang memaksa atas B. Dalam kekuasaan yang memaksa dikenal juga brainwashing. Brainwashing adalah suatu bentuk bujukan yang sifatnya memaksa, yang pada pokoknya tidak berdasarkan ancaman. Cuci otak melibatkan eksploitasi yang agak halus dari beberapa kebenaran yang terkenal pada masa kini tentang dibawah keadaan-keadaan yang bagaimana orang mungkin mengubah sikap dan perilaku mereka. Sebagaimana telah diketahui, kebanyakan orang rapuh terhadap pengaruh. Apalagi pengaruh tersebut dalam kondisi dukungan sosial mereka dihilangkan. Karena apabila mereka merasa seorang diri maka ia akan lebih mudah dipengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita ambil contoh si B adalah seorang mahasiswa baru yang datang dari suatu daerah di luar
Manipulasi, adalah bentuk peranan kekuasaan yang ketiga. Manipulasi merupakan usaha agar orang lain melakukan dengan tepat apa yang diinginkan tanpa mempergunakan wewenang atau kekuasaan langsung lainnya. Model manipulatif biasanya menggunakan hubungan antara A dengan B sebagai alat untuk mempengaruhi. Sebagian besar dari pendekatan manipulatif terutama merupakan proses dua tahap. Tahap pertama adalah mengembangkan hubungan dengan B sehingga B menghargainya dan tahap kedua adalah mempergunakan hubungan yang berharga pada masa kini itu sendiri sebagai semata untuk menawarkan perubahan. Dalam contoh kehidupan sehari-hari manipulasi diterapkan oleh para calon legislatif yang memberikan sejumlah bantuan ke suatu daerah, dengan motif dalam rangka percobaan pembangunan daerah sebelum pelaksanaan pemerintahan, kemudian pada akhirnya meminta kepada seluruh warga daerah tersebut untuk memilihnya dalam pemilihan legislatif.
Bentuk peranan kekuasaan yang keempat adalah kerjasama. Sarana-sarana untuk mempengaruhi perilaku tidak terletak pada suatu pribadi saja, melainkan pada hubungan (relationship) antara seseorang dengan orang lain. Kerjasama merupakan suatu bentuk peranan kekuasaan dimana hubungan antara seseorang dengan orang lain saling mempengaruhi perilaku masing-masing untuk dapat berubah. Berikut ini pola umum dari pengaruh model kerjasama antara lain B melihat suatu masalah. B mengambil tanggung jawab untuk mempertimbangkan berbagai alternative perilaku (dan jika mungkin mencari bantuan A untuk menemukan alternatif lain). Kemudian A dan B saling berkomunikasi tentang maksud dari suatu metode perilaku baru dibandingkan dengan metode-metode lama. Lalu B memilih suatu alternative yang dapat diterima oleh A. B mencoba untuk berubah, sedangkan A mendukung. Akhirnya B menemukan bahwa metode baru tersebut berhasil dan mengintegrasikannya sebagai bagian dari perilakunya, atau merupakan metode baru tersebut tidak berhasil dan meninggalkannya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat dalam kasus seorang mahasiswa yang hendak mengajukan skripsi kepada dosen pembimbingnya. Si mahasiswa menemukan masalah bahwa judul skripsinya yang ternyata dicontek oleh temannya. Kemudian mahasiswa tersebut mencoba untuk mencari alternative judul lain dan akhirnya dia menemui dosen pembimbingnya dan berdiskusi tentang masalah tersebut. Mahasiswa tersebut mengajukan suatu judul baru, namun dosen pembimbingnya menyarankan bahwa judul skripsinya hendaknya disesuaikan dengan bidang yang disukai oleh mahasiswa tersebut. Si B mengajukan suatu judul lagi yang sesuai dengan minat dan kesukaannya kemudian dosen pembimbingnya akhirnya mendukungnya. Akhirnya judul tersebut dipilih menjadi judul skripsinya.
Bentuk peranan kekuasaan yang terakhir yaitu upah dan penilaian hasil kerja. Dalam cakupan industri, perubahan perilaku karyawan bukan hanya dipengaruhi karena wewenang atasannya, namun dapat pula dipengaruhi oleh upah/insentif yang ia dapatkan. Salah satu cara yang dipergunakan oleh kebanyakan organisasi untuk mempengaruhi para anggotanya agar bekerja lebih giat dan lebih baik adalah memalui permainan sistem upah/insentif dan penilaian hasil kerja. Kedua hal inilah yang menimbulkan sejumlah besar keributan di dalam organisasi seiring dengan dampak positif yang dihasilkan. Misalnya di suatu perusahaan, seorang supervisor menerapkan suatu sistem dimana tenaga kerja di perusahaan itu diharapkan bekerja secara efisien. Datang tepat waktu dan mengerjakan tugasnya dengan baik selama jam kantor setiap harinya, bahkan jika ia bekerja di luar jam kantor (lembur), ia akan mendapatkan insentif sesuai dengan berapa lama ia lembur. Dalam hal ini, supervisor bukanlah hal yang menjadi kuasa atas perubahan perilaku para tenaga kerja tapi insentif yang ditawarkan menjadi motivasi tersendiri dalam mempengaruhi perilakunya.
Referensi :
Leavit, Harold J. 1997. Psikologi Manajemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar